Sabtu, 26 Juni 2010

MASA DEPAN KETENAGALISTRIKAN BALI

MASA DEPAN KETENAGALISTRIKAN BALI

OLEH
Prof. Ir.Ida Ayu Dwi Giriantari, M.Eng.Sc.,Ph.D.
Teknik Elektro Universitas Udayana


Disampaikan dalam Seminar Mewujudkan Sistem Kelistrikan Bali yang Mandiri dan Ramah Lingkungan
Inna Bali Hotel, 24 Juni 2010


Kondisi ketenagalistrikan Bali saat ini sangat jauh dari harapan masyarakat terutama disisi penyediaan atau pasokan. Antrean panjang permintaan sambungan baru dan penambahan daya adalah akibat dari kondisi ini. Bagi masyarakat yang awam akan ketenagalistrikan akan heran karena secara dagang hal ini tentunya tidak menguntungkan. Banyaknya permintaan tidak diimbangi dengan penambahan persediaan, karena dalam penyediaan tenaga listrik tidak seperti penyediaan barang konsumtif lainnya. Tenaga listrik tidak dapat ditimbun untuk dijual jika permintaan tinggi, tapi tenaga listrik harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.
Apakah besar kebutuhan akan energi listrik tidak bisa diprediksi sehingga dapat memenuhi semua permintaan?
Jawabannya BISA. Berdasarkan catatan pertumbuhan kebutuhan beberapa tahun kebelakang dapat dilakukan peramalan atau prediksi kebutuhan yang akan datang. Dalam dokumen RUKD yang disusun tahun 2004 oleh Pemprov Bali bersama tim dari Teknik Elektro UNUD, prakiraan kebutuhan energi listrik tahun 2009 adalah 3.202.940 MWh dengan prakiraan pertumbuhan 9,3%. Realisasi energi listrik yang diproduksi tahun 2009 oleh PLN lebih kecil dari prakiraan yaitu 2.966.600 MWh, hal ini disebabkan telah dilakukan penekanan laju pertumbuhan menjadi 8,9% yang dirasakan oleh konsumen dan calon konsumen sebagai antrean permintaan akan daya listrik. Dengan melakukan berbagai upaya seperti perbaikan kinerja PLN telah mengakibatkan penurunan rugi-rugi/losses yang cukup signifikan mencapai 6% ditahun 2009, menekan laju pertumbuhan serta melakukan sosialisasi hemat energi, realisasi beban puncak menjadi 495 MW. Sedangkan beban puncak terakhir (Maret 2010) sebesar 535 MW.
Kebutuhan akan energi listrik akan terus meningkat karena indeks konsumsi energi listrik perkapita di Bali masih rendah yaitu 796 kWh jika dibandingkan dengan indeks konsumsi energi listrik perkapita negara-negara berkembang Asia saat ini 1100 kWh. Hal ini menandakan ruang untuk terus meningkatnya kebutuhan energi listrik masih sangat lebar.

Gambar 1. Grafik tingkat komsumsi energi listrik Asia
http://www.geni.org/globalenergy/library/energytrends/globalenergytrends.shtml

Bagaimana rencana pemenuhan kebutuhan energi listrik?
Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan energi listrik di Bali kedepan, maka bisa dibuat perencanaan penambahan pasokan namun seberapa bagus dan komprehensifnya suatu perencanaan dibuat jika tidak ada dukungan dari pihak-pihak terkait termasuk masyarakat yang merupakan pengguna listrik, maka akan sulit untuk direalisaikan.
Dalam perencanaan yang pernah dibuat, upaya pemenuhan pasokan energi listrik untuk memenuhi peningkatan kebutuhan sampai tahun 2009 sebesar 440 MW yang terdiri dari PLTP Bedugul 120 MW, PLTGU Pemaron 120 MW, PLTU Bali Timur atau Celukan Bawang 200 MW. Dari semua perencanaan tersebut hanya PLTGU Pemaron yang terealisasikan sebesar 80 MW. Hal ini disebabkan banyak hal, seperti PLTP Bedugul yang ditolak masyarakat Bali, PLTU Celukan Bawang yang terkendala teknis, PLTU Bali Timur yang baru akan ditenderkan.
Pembangunan suatu pembangkit listrik tidak dapat dilakukan dalam hitungan bulan, seperti misalnya PLTU membutuhkan minimal 3 tahun sampai bisa bisa dioperasikan. Maka PLN saat ini melakukan tindakan-tindakan jangka pendek untuk emergency dengan menyewa genset Diesel sebagai upaya pemenuhan pasokan yang lebih cepat walaupun tidak merupakan opsi yang bersifat sustainable. Untuk itu kita perlu memikirkan bersama-sama bagaimana upaya kita untuk memenuhi pasokan energi listrik sehingga semua saudara-saudara kita sampai pelosok-pelosok pedesaan bisa menikmati listrik.
Apakah kita tidak bisa memanfaatkan sumber energi yang ada di Bali?
Jawabannya sekali lagi BISA dan hal ini harus didorong pemanfaatannya. Renewable energi atau energi terbarukan seperti air, angin dan matahari belum termanfaatkan dengan maksimal. Pemanfaatan air sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi yang dimiliki Bali. Hal ini diakibatkan oleh kepentingan pertanian dan pariwisata yang memanfaatkan air juga sangat besar. Pemanfaatan air untuk skala kecil (microhydro) sudah mulai akan dikembangkan oleh Pemprov Bali. Jika semua potensi ini dimanfaatkan energi yang dihasilkan masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan.
Potensi angin sebagai sumber energi di Bali dan Indonesia sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara Eropa karena kita berada di daerah khatulistiwa. Sehingga energi yang dihasilkan juga sangat kecil. Pemasangan 7 unit PLT Bayu di Nusa Penida dengan kapasitas masing-masing hanya 80kW tidak bisa bekerja maksimal karena energi yang dihasilkan sangat bergantung dari kondisi angin.
Matahari adalah sumber energi yang melimpah di Indonesia dan Bali, namun suhu yang tinggi menyebabkan losses/rugi-rugi yang cukup besar sehingga effisiensi menjadi sangat rendah. Pemprov Bali telah memasang ribuan PLTS home system (SHS) di beberapa desa yang belum terjangkau listrik dari PLN. Namun dari pantauan kami langsung ke desa-desa, masyarakat terutama masyarakat yang pernah menikmati energi listrik dari PLN tidak akan merasa puas dengan energi yang didapatkan dari surya.
Energi panas bumi adalah salah satu potensi yang cukup besar yang dimiliki Bali dan belum termanfaatkan dengan maksimal.
Sistem kelistrikan bagaimana yang mendukung program Bali Clean and Green?
Dalam menentukan sistem kelistrikan yang Clean and Green sangat sulit dilakukan mengingat kriteria clean and green dalam kelistrikan belum jelas dijabarkan. Kelistrikan jika penulis hubungkan dengan pembangkitan atau pemilihan jenis pembangkit dengan kriteria green seperti tingkat emisi CO2, akan menjadi tidak mempunyai korelasi yang simetris. Jenis pembangkit thermal (pembangkit dengan menggunakan bahan bakar fosil:batubara, BBM) akan menghasilkan emisi karbon lebih besar dari pembangkit dengan sumber energi air, Nuklir,geothermal. Namun dari data Nation master yang melakukan ranking negara-negara dengan tingkat emisi maka Perancis berada diurutan 11, Indonesia berada pada posisi 18 diatas Singapore yang berada diurutan 48. Jika kita lihat dari sumber energi listrik di Indonesia listrik yang digunakan seperti pada gambar dibawah:

Gambar 2. Produksi listrik dengan sumber energinya
http://www.geni.org/globalenergy/library/energytrends/globalenergytrends.shtml

Dari data tersebut diatas mengindikasikan bahwa untuk menuju Bali Clean and Green selain pemilihan jenis pembangkit yang lebih bijak, juga salah satu hal yang perlu diperbaiki adalah pola konsumsi energi masyarakat Bali. Budaya hemat energi di masyarakat Bali perlu lebih ditanamkan sejak usia dini. Budaya mematikan lampu, TV, radio, komputer dan peralatan lainnya jika tidak dibutuhkan, mensetting AC pada suhu tidak terlalu dingin, melakukan kegiatan yang mebutuhkan energi listrik yang besar pada saat diluar jam beban puncak.
Menghemat energi listrik tidak selalu harus dengan mengorbankan kenyamanan kita, tapi penghematan dapat diperoleh dengan melakukan pengaturan/manajemen energi dengan baik, seperti menggunakan peralatan hemat energi, mengatur waktu dan pola pemanfaatan. Sebisa mungkin memanfaatkan pencahayaan alami serta menerapkan design bangunan hemat energi merupaka hal yang juga sangat bermanfaat dalam upaya menghemat energi.
Pencangan program Bali Clean and Green sangat bagus sehingga kita semua selalu perpedoman akan hal itu disetiap tindakan kita. Namun dalam hal energi listrik perlu dirumuskan lebih detail dalam sebuah roadmap yang jelas untuk menuju Bali Clean and Green. Itu pasti bisa diwujudkan dengan melakukan sinergi semua stake holder maka tujuan yang sangat mulia untuk Bali ini pasti bisa kita capai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar