Jumat, 13 Agustus 2010

OPTIMALKAN DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN, ATASI GIZI BURUK DAN MENINGKATKAN KECERDASAN MASYARAKAT

OPTIMALKAN DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN,
ATASI GIZI BURUK DAN MENINGKATKAN KECERDASAN MASYARAKAT

Oleh, Prof.Dr.Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP
Universitas Warmadewa

Gizi buruk dan menurunnya kecerdasan masyarakat merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang yang mengalami kekurangan kalori protein (KKP) dalam waktu yang lama. Gizi buruk dan menurunnya kecerdasan ini bukan saja terjadi pada balita (bawah lima tahun), namun juga dapat menimpa anak-anak, maupun orang dewasa, bahkan manula (manusia usia lanjut). Anak-anak balita serta ibu-ibu yang mengandung dan menyusui merupakan golongan generasi penerus yang sangat rentan dan rawan gizi buruk dan kecerdasan akan menurun. Hal ini disebabkan karena golongan tersebut sangat membutuhkan zat gizi khususnya protein untuk tumbuh dan berkembangnya sel-sel di otak serta diseluruh jaringan tubuh manusia. Apabila keadaan asupan gizi buruk yang terjadi pada golongan di atas terlalu lama, maka dapat dipastikan akan terjadi penurunan kualitas SDM Indonesia, khususnya Bali.
Sudah dapat diduga kasus gizi buruk terjadi karena faktor kemiskinan dan adanya suatu penyakit pada seseorang, namun ada juga yang mengatakan rendah pengetahuan terhadap kebutuhan gizi tubuh, baik untuk pertumbuhan maupun untuk pembentukan sel-sel baru sebagai mengganti sel-sel yang rusak juga perlu untuk dipahami.
Untuk mengatasi gizi buruk dan meningkatkan kecerdasan masyarakat perlu kiranya ditingkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya asupan gizi ikan dan sumberdaya peraiaran lainnya agar terdistribusi secara merata diseluruh pelosok Bali. Pulau Bali yang dikelilingi oleh lautan dan ditambah lagi dengan perairan umum seperti danau, waduk dan sungai yang memiliki potensi ikan dan hasil perairan lain yang besar untuk diexploitasi lewat usaha penangkapan atau budidaya ikan air tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut/pantai. Hasil perikanan atau hasil perairan ini dapat didistribusikan ke seluruh pelosok kabupaten/kecamatan/desa di wilayah pulau Bali untuk mengatasi gizi buruk dan menurunnya kecerdasan masyarakat. Untuk itu perlu penataan infrastruktur dan sumberdaya manusia perikanan di bidang Agribisnis yang merata diseluruh kabupaten di Bali. Penataan mulai dari sektor hulu/primer berupa pemetaan sumber daya ikan dan hasil perairan yang meliputi potensi, produksi serta daerah-daerah yang over fishing dan yang under fishing. Ketersedian sarana dan prasarana untuk proses penangkapan dan produksi budidaya serta peningkatan ketrampilan dan pendidikan nelayan dan petani ikan. Penataan di sektor tengah/skunder meliputi peningkatan sarana dan prasarana tempat pendaratan ikan, sentra-sentra produksi ikan yang dilengkapi dengan sarana cold storage, peningkatan sumberdaya manusia tentang cara handling ikan yang baik dengan cara prosessing/pengolahan ikan menjadi beraneka ragam olahan sehingga dapat menambah added value produk ikan dan hasil perairan. Penataan disektor hilir/tertier seperti peningkatan sarana trasportasi keseluruh pelosok desa yang ada di Bali. Perbaikan sarana pemasaran ikan dan hasil perairan yang bersih dan higienis untuk dapat mempertahankan ikan tetap segar, keamanan tetap terjaga dan tidak menimbulkan keracunan dan penyakit sampai menjelang dikonsumsi oleh masyarakat. Harga berbagai jenis ikan dan hasil perairan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan hewan lainnya, apalagi saat musim ikan, produksi hasil tangkapan nelayan dan petani ikan melimpah, maka harga menjadi sangat rendah. Namun disisi lain, perlu disadari hasil perikanan bersifat perisable food sehingga memiliki masa simpan yang pendek. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan saat ini, dimana ikan dan hasil perairan sudah dapat disimpan lebih lama seperti dalam bentuk ikan kering, ikan asap, ikan pindang, ikan beku, ikan kaleng dan berbagai bentuk olahan lainnya seperti fish nugget, fish burger bahkan silase ikan untuk makanan ternak. Dengan demikian adanya peningkatan penataan agribisnis di bidang perikanan yang rasional, maka distribusi ikan dan hasil perairan lainnya dapat dikonsumsi oleh golongan tersebut di atas serta masyarakat luas lainnya khususnya yang ada dipelosok desa di Bali.
Ikan dan hasil perairan merupakan salah satu bahan pangan alternatif masa depan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas, karena komoditi ini sangat mudah didapatkan di perairan Indonesia. Kenapa ikan perlu dikonsumsi, karena ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Ditinjau dari segi gizi, ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein 14-20 % dengan kandungan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Asam amino esensial ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Adanya protein ini menyebabkan pertumbuhan manusia menjadi normal. Lemak 2-12 % terdiri dari lemak tak jenuh yang diantaranya merupakan asam lemak esensial omega 3 yang harus terpenuhi kebutuhannya. Zat gizi berperan vital dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan. Asam lemak omega-3 juga berperan sebagai asam lemak otak, yang merupakan prekursor asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Asam lemak esensial tidak bisa dibentuk dalam tubuh dan harus dipasok langsung dari makanan. Kemudian prekursor itu masuk dalam proses elongate dan desaturate yang menghasilkan tiga bentuk asam lemak omega-3 yaitu LNA (asam alfa-linolenat), EPA (eikosapentaenoat), serta DHA (dokosaheksaenoat). Di samping kandungan kolesterol yang rendah dibandingkan daging lainnya, sehingga Ikan dan hasil perairan sangat tepat untuk berbagai jenis diet gizi buruk dan meningkatan kecerdasan. Ikan dan hasil perairan merupakan sumber alami asam lemak Omega 3 yaitu EPA dan DHA, yang berfungsi mencegah aterosklerosis (terutama EPA). Keduanya dapat menurunkan secara nyata kadar trigliserida di dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol di dalam hati dan jantung. Dari data Lembaga Gizi Departemen Kesehatan RI, beberapa jenis ikan laut Indonesia memiliki kandungan asam lemak Omega 3 tinggi sampai 10,9 g/100 g seperti ikan sidat, terubuk, tenggiri, kembung, lemuru, teri, layang, bawal, seren, slengseng, tuna dan sebagainya termasuk ikan air tawar lainnya. Kandungan lain yang tidak kalah penting yaitu vitamin A terutama terdapat pada daging dan minyak ikan tenggiri, tuna, lemuru, tongkol dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya. Kandungan mineral seperti iodium yang diperoleh dari jenis ikan laut sangat cukup untuk mencegah berkembangnya penyakit gondok yang sering menghinggapi masyarakat pedesaan dan miskin. Akhir kata penataan agribisnis di bidang perikanan adalah suatu hal yang sangat urgen dan perlu untuk dilakukan ke depan dalam rangka mengatasi gizi buruk yang terus terjadi serta unt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar